![]() |
Menunggu keberangkatan KA Argo Parahyangan, dari Stasiun Bandung menuju Stasiun Gambir, Jakarta |
Pada saat itu, kereta ini menawarkan layanan kelas bisnis dan eksekutif untuk
menempuh perjalanan dari Bandung ke Jakarta dengan waktu tempuh sekitar empat
jam. Seiring berjalannya waktu, KA Parahyangan menjadi pilihan utama bagi
masyarakat yang ingin bepergian antara kedua kota tersebut, terutama pada tahun
1980-an ketika kereta ini mampu menarik perhatian penumpang dengan rangkaian
hingga 14 kereta dalam satu perjalanan.
Namun, pada tahun 2005, kehadiran jalan tol Cikampek-Purwakarta-Padalarang mulai mengganggu popularitas KA Parahyangan. Penurunan jumlah penumpang membuat KAI harus berpikir ulang mengenai keberlangsungan layanan ini.
Pada 31 Juli 1995, KA Parahyangan berganti nama menjadi KA Argo Gede, yang
diambil dari nama Gunung Gede di Jawa Barat. Layanan ini menawarkan waktu
tempuh yang lebih cepat, sekitar 2,5 jam, berkat rangkaian kereta modern buatan
INKA.
Akhirnya, pada 26 April 2010, KAI memutuskan untuk menggabungkan kedua layanan ini menjadi satu kesatuan yang dikenal sebagai KA Argo Parahyangan. Penggabungan ini merupakan respons terhadap kekecewaan masyarakat atas penghentian operasional KA Parahyangan sebelumnya. Kereta ini resmi beroperasi pada 27 April 2010 dengan rangkaian kereta eksekutif yang nyaman dan modern.
Perjalanan KA Argo Parahyangan melintasi jalur sepanjang
±166 km dengan pemandangan alam pegunungan Priangan yang menakjubkan. Dalam
waktu sekitar 3 hingga 3 jam 15 menit, penumpang dapat menikmati keindahan alam
sembari bersantai di dalam kereta. Selain itu, KA Argo Parahyangan juga menjadi
andalan bagi para pekerja commuter dari Bandung ke Jakarta dan sebaliknya.
Argo Parahyangan, kereta api legendaris yang menghubungkan Jakarta dan Bandung, kembali mengalami perubahan. Layanan Gopar ini sejak 1 Februari 2025, dikurangi jumlah perjalanananya. Bahkan PT Kereta Api Indonesia (KAI) mengubah nama kembali menjadi Kereta Api Parahyangan.
Dalam konteks perubahan ini, KAI telah menyesuaikan jadwal perjalanan kereta melalui penerapan Grafik Perjalanan Kereta Api (Gapeka) 2025. Salah satu langkah yang diambil adalah mengurangi frekuensi perjalanan Argo Parahyangan dari sebelumnya 34 perjalanan harian menjadi lebih sedikit. Hal ini dilakukan untuk mengakomodasi kereta cepat Jakarta-Bandung (Whoosh) yang kini menjadi pilihan utama untuk perjalanan cepat antara kedua kota tersebut.
Namun, PT KAI tetap berkomitmen untuk mempertahankan keberadaan layanan kereta ini karena Argo Parahyangan telah menjadi bagian penting dari sejarah transportasi dan memiliki basis penumpang setia. Untuk menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat, KAI juga mempertimbangkan penambahan beberapa pemberhentian baru seperti Bekasi dan Cikampek guna meningkatkan aksesibilitas rute ini.
Keputusan ini menunjukkan bahwa meskipun ada kompetisi dari
moda transportasi lain, seperti kereta cepat, Argo Parahyangan tetap relevan
sebagai pilihan transportasi yang lebih ekonomis dan nyaman bagi masyarakat.
Dengan demikian, layanan ini tidak benar-benar "berakhir," tetapi
hanya mengalami transformasi untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman.
No comments:
Post a Comment