![]() |
Gramedia Jalma, tak cuma tempat beli buku tapi juga tempat bertemu, diskusi, ngobrol dan bisa juga bengong tanpa melakukan apa-apa. |
"Kalau ada buku yang isinya bucin dengan isi kepala seseorang, bukan karena fisik, bukan karena status pendidikan, ini adalah bukunya."
Demikian kurasi buku salah satu book advisor yang ditempel di deretan rak buku-buku sastra di Gramedia Jalma, Blok M, ketika saya mengunjunginya beberapa waktu yang lalu. Kurasi buku ini, meski hanya beberapa buku saja, cukup berbicara banyak. Membuat toko buku yang dulunya terkesan kaku, kini menjadi ruang yang hidup yang mencoba untuk berinteraksi lebih banyak dengan penikmat buku.
Buat saya, Jalma seolah mengajak kita menyelam lebih dalam dunia literasi, menciptakan ruang yang nyaman untuk tumbuhnya inspirasi. Toko buku yang nggak nyuruh orang untuk membeli saja, tapi juga mengajak kita menikmati literasi, dengan menyediakan ruang publik yang nyaman dan aestetik.
Memberi wawasan dan insight lewat berbagai event diskusi, dan menciptakan kultur baru, sebuah ruang yang dinikmati bukan hanya untuk membaca buku, tapi juga untuk bertemu, berkumpul, berjejaring, dan saling memberi inspirasi. Sebuah motivasi yang tepat untuk menerjemahkan maksud dari “Jalma”, sebuah kata yang berarti manusia.
Nggak berlebihan sih. Jalma menjadi tempat bertemunya para pecinta buku, penulis, seniman, atau kreator dari berbagai latar belakang, lewat berbagai acara komunitas, seperti diskusi, klub buku, seminar hingga pameran.
![]() |
Sejumlah orang nongkrong di teras Gramedia Jalma, Blok M, Jakarta Selatan. Sejak jadi Jalma, TB Gramedia jadi ikon baru tempat ngumpul di Jl Melawai. |
Ruang Publik yang Nyaman dan Estetik
Pagi itu, sejak pukul 10.00 kurang, beberapa orang sudah berdiri di depan Gramedia Jalma menunggu toko buka, beberapa duduk di kursi tunggu Jalma tepat depan etalase. Saya termasuk orang yang mondar-mandir depan Jalma sambil menunggu toko ini buka. Dan ya, akhirnya sebelum jarum jam menunjuk angka 10, toko buku viral ini pun buka.
Cahaya keemasan bernuansa earthy tone menyambut pengunjung sejak awal membuka pintu. Sungguh serasi dengan warna rak-rak buku kayu yang merayap dan menjulang tinggi dalam ruangan yang berdesain hangat, ramah dan terbuka. Begitu memanjakan mata melihat buku-buku disusun apik dalam berbagai bentuk rak estetik. Satu kalimat yang muncul di benak pikiran saya. “Santai saja, jangan cepat-cepat pulang”
Ada area duduk yang tersebar—dari sofa empuk hingga kursi tinggi di pojok kafe—semuanya dirancang agar pengunjung bisa membaca, berdiskusi, atau sekadar merenung bersama secangkir kopi. Estetik, tapi tetap fungsional. Artistik, tapi nggak terasa museum. Di sini, buku bukan hanya dipajang, tapi diletakkan dengan hati, seolah setiap sudutnya ingin berbicara.
Nama Tema Buku yang Unik
Buku-buku disusun dengan tempatnya masing-masing, dipetakan dengan tema-tema atau judul yang unik, out of the box, menurut saya. Misal saja, rak kumpulan buku sastra diberi tulisan "Perkebunan Kata-kata", buku-buku psikologi diberi tulisan petunjuk "Habitmu Harimaumu", sedangkan buku psikologi yang kiranya menyentuh perasaan dan bikin baper diberi tema "Buku yang Memberi Pelukan Hangat".
Kalau kamu pegawai yang cari petunjuk gimana cara biar nggak stres di kantor, kamu bisa cari di bagian "Untuk Para Pejuang Korporat". Yang mau nikah, cari referensi nasihat pernikahan di "Keluarga Samawa" And for those who love english novels, you may find them in "Indonesian Literature in English".
Gramedia Jalma juga menghadirkan Oki's Reading Pod, ruang khusus untuk anak, dimana mereka bisa eksplorasi berbagai bacaan anak yang sesuai dengan minat dan hobi, sekaligus mengenalkan kepada si kecil bagaimana asyiknya menikmati dunia literasi dalam ruang yang nyaman dan berbeda.
Area ini seperti dunia kecil yang dirancang khusus untuk menumbuhkan cinta baca sejak dini—bukan dengan cara memaksa, tapi lewat ruang yang bikin anak-anak betah dan penasaran. Di sisinya berdiri sebuah lemari kayu besar dengan celah bulat di tengahnya yang bisa didudukin. Iya, benar-benar bisa didudukin! Anak-anak sering saya lihat masuk ke dalamnya, selonjoran atau meringkuk sambil membuka halaman demi halaman buku cerita.
Cukup sampai di situ? Oh tidak.. Gramedia Jalma juga menggandeng Kopi Aloo, kafe kopi yang berada tepat di dalam Gramedia. Tak ayal, konsep buku, kopi, dan working space menjadi budaya yang diminati lintas generasi. Selesai cari buku, kamu bisa ngopi dan snacking, sambil buka laptop dan nugas.
Didahului Makarya
Sebelum menghadirkan Jalma, Gramedia membuat konsep yang hampir serupa di awal tahun 2025. Adalah Makarya, sebuah toko buku mungil yang di dalam toko buku Gramedia Matraman, hasil dari kolaborasi dengan BukuAkik dan Smiljan Space.
Konsep yang dibangun Makarya adalah sebuah toko buku mungil yang dirancang seperti ruang tamu, yang membuat pembaca buku yang datang merasa nyaman dan akrab. Toko buku ini juga membuat catatan kecil atau kurasi dari beberapa buku pilihan, yang membantu kamu memahami isi buku. Setiap periode tertentu, akan ada kurasi baru dengan buku-buku yang juga baru.
Dan sama seperti Jalma, Makarya juga menyediakan ruang hidup untuk mengeksplorasi literasi dalam sebuah ruangan yang nyaman, sebuah healing spot tempat kamu membaca, berkreativitas dan berkarya, sekaligus menenangkan diri dan mencari inspirasi.
Dalam beberapa kesempatan Makarya juga mengajak konsumen untuk terlibat dalam berbagai program acara menarik dan unik, seperti Book Talk, Puisi On The Spot, atau Blind Date at The Book Shop.
Kultur Baru
Menurut data Kemendikbudristek tahun 2022 budaya literasi nasional, alias minat membaca orang Indonesia hanya 57,4 poin, masih masuk kategori rendah. Tingkat buta huruf, menurut data BPS 2023 memang turun 3,18 % di usia 10+, tapi tetap saja tak banyak orang yang senang atau tertarik membaca.
Ada banyak faktor sih, akses terhadap buku yang terbatas, kesadaran budaya literasi yang masih kurang, dan tentu saja pengaruh gadget dan perkembangan teknologi yang tak jarang membuat orang malas bersusah payah membaca.
Hadirnya Gramedia Jalma dan Makarya ini harus diakui menjadi salah satu oase bagi berkembangnya kultur baru di dunia literasi yang mampu menarik perhatian berbagai lintas generasi untuk menikmati buku seperti layaknya healing.
Membaca bukan lagi aktivitas yang dilakukan sendirian, diam, dan tertutup. Tapi menjadi kegiatan yang bisa terbuka, sosial, bahkan menyenangkan.
Bayangkan, dari dulu kita kenal toko buku sebagai tempat “berburu” atau “belanja”. Tapi sekarang, dengan adanya Jalma, toko buku jadi tempat “menetap sejenak”. Tempat singgah yang bukan sekadar singgah. Bisa baca satu bab, bisa kerja, bisa ketemu teman, bisa ikutan diskusi, bisa ngopi, bisa healing.
Nggak dipungkiri, kehadiran Gramedia Jalma ini juga menghidupkan kembali denyut toko buku offline yang hampir berhenti. Gramedia Jalma tak sekadar toko buku biasa, kehadirannya masuk memberikan udara segar. Tempat untuk melambat, untuk bernapas sejenak, membuka buku, dan menemukan versi terbaik diri sendiri.
Tempat ini bukan cuma estetik buat difoto, tapi juga autentik untuk dirasakan. Kamu bisa datang sendiri, bareng sahabat, bawa pacar, atau ajak keponakan—semua akan pulang dengan cerita. Karena di Jalma, buku nggak cuma dibaca, tapi diajak ngobrol. Dan kamu, tanpa sadar, mungkin kamu akan jatuh cinta pada dunia yang berbeda yang tidak kamu duga.
Jadi, lain kali kamu merasa jenuh sama layar, atau butuh tempat buat recharge otak dan perbaikin mood, Gramedia Jalma mungkin bisa jadi pilihan tempat yang cozy, healing, dan penuh inspirasi buat kamu. Yuk, ketemuan di sana ya kita..